Mohammad Danial Royyan
oleh Mohammad Danial Royyan
Waktu baca 1 menit

Katagori

Grup

Istilah “Bahlul” sangat populer dan seringkali digunakan untuk bercanda atau menertawakan orang lain dengan ungkapan “Ente bahlul!”, yang artinya ente bodoh. Namun, ternyata istilah ini diambil dari kisah nyata seorang tokoh yang amat fenomenal. Dia adalah Bahlul, seorang ulama sufi yang dianggap gila oleh masyarakat pada zamannya. Ia hidup pada zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Dalam Kitab Uqala al-Majànin (orang-orang gila yang bijak) diceritakan bahwa suatu ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid bertemu dengan Bahlul. Bahlul yang dianggap gila itu kebetulan sedang duduk merenung di atas kuburan.

Sang Khalifah pun mendekat dan mengawali pembicaraan dengan nada sedikit mengejek. “Hai Bahlul, hai orang gila. Kapan kau sembuh dan bisa berfikir dengan benar?”

Seketika itu Bahlul langsung menjawab: “Hai Harun, hai orang gila. Kapan kau sembuh dan bisa berfikir dengan benar?”.

Kemudian Khalifah Harun pun mendekatinya, lalu Ia berkata: “He, aku yang gila atau kamu yang gila?”

Bahlul balik bertanya, “Aku atau engkau yang gila, wahai Khalifah?”

Khalifah menukas, “Kau yang setiap hari duduk di atas kuburan yang gila”.

Bahlul menjawab, “Aku yang waras!”

“Kenapa begitu?” Sergah Harun.

Bahlul menjawab, “Ya, karena aku tahu bahwa istana dan kekuasaanmu akan musnah. Dan tempat ini (menunjuk kuburan) akan abadi. Oleh karena itu, aku mempersiapkan diri untuk tinggal di sini. Sementara engkau justru menyibukkan diri dengan membangun istanamu yang kelak akan musnah. Kau terlihat begitu membenci kuburan padahal di situlah kelak tempat peristirahatanmu!”.

Bahlul melanjutkan: “Jika demikian, siapa di antara kita yang gila! wahai khalifah?”.

Khalifah Harun diam sejenak tanpa mampu bicara sedikitpun. Lalu ia berkata kepada Buhlul sambil menangis terisak: “Demi Allah, benar sekali apa yang kau katakan, wahai Bahlul”.

Khalifah meminta nasehat dan petunjuk sang sufi ini. Ia berkata, “Nasehatilah aku, wahai Bahlul.”

“Cukuplah kau ikuti dan amalkan kitabullah.”

Khalifah melanjutkan, “Baiklah, apakah kau mengingingkan sesuatu dariku?”

Bahlul: “Ada tiga permintaanku kepadamu yang jika kau sanggup melakukannya aku akan berterimakasih sekali kepadamu!”

“Pertama, bisakah kau menambah atau memperpanjang usiaku?”

Khalifah menjawab, “Tentu aku tidak mungkin mampu melakukannya”

“Kedua, mampukah kau menjagaku dari malaikat maut?”

“Tentu aku juga takkan mampu”, jawab Khalifah

“Ketiga, mampukan kau memasukkanku di Surga dan menjauhkan diriku dari api neraka?”.

“Juga tak mungkin mampu untuk aku lakukan”, jawab Khalifah.

Bahlul kemudian berkata: “kalau begitu, aku tidak membutuhkan bantuanmu!”.

Harun Ar-Rasyid sang khalifah yang paling berpangaruh dari sekian khalifah-khlalifah Dinasti Abbasiyah itu ternyata sangat lembut dan terbuka terhadap nasihat seorang sufi yang dianggap gila oleh masyarakat. Masya Allah..