Oleh: Mohammad Danial Royyan
Sahabat Anas bin Malik RA berkata: “Di antara para sahabat Nabi ada lelaki yang memiliki tampan yang buruk bernama Julaibib. Dia orang yang melarat tetapi sering duduk di samping Nabi”.
Sebenarnya dia adalah sahabat yang agung derajatnya menurut Allah dan Rasul-Nya, meski tidak dikenal oleh banyak orang pada waktu itu. Menurut Imam Al-Jauzi, Julaibib berasal dari suku Bani Tsa’labah.
Suatu hari, Nabi bersabda kepada Julaibib: “Julaibib, kau tidak ingin kawin?”.
Julaibib menimpali: “Siapa yang mau mengawinkau Ya Rasulalloh?”.
Nabi bersabda lagi: “Aku yang akan mengawinkanmu, Julaibib!”.
Mendengar sabda itu Julaibib menoleh ke arah Nabi dan berkata: “Aku kan orang melarat Ya Rasulalloh!”.
Nabi bersabda: “Tidak, kau tidaklah melarat menurut Allah!”.
Setelah itu, Nabi mencari kesempatan untuk dapat mengawinkan Julaibib.
Suatu saat, datanglah kepada Nabi, seorang dari golongan Ansor yang mempunyai anak perempuan cantik yang ditinggal mati oleh suaminya. Dia ingin menawarkan kepada Nabi agar berkenan mengawininya.
Terhadap tawaran itu, Nabi bersabda: “Ya, aku akan mengawinkan anak perempuanmu, tapi bukan aku yang akan mengawininya!”.
Lelaki itu bertanya: “Akan baginda kawinkan dengan siapa Ya Rasulalloh?”
Nabi menjawab: “Akan aku kawinkan dengan Julaibib!”
Lelaki itu menimpali: “Hah Julaibib? Akan aku musyawarahkan dulu dengan ibunya Ya Rasulalloh!”.
Lelaki itu pulang menemui istrinya untuk menyampaikan pesan Nabi. Dia bingung bagaimana cara mulai pembicaraan, karena dia tahu persis bahwa istrinya berwatak keras, dan pesan ini pasti membuatnya tidak rela. Akhirnya lelaki ini mengatakan: “Rasululloh ingin mengawinkan anak kita dengan seorang lelaki!”
Istrinya bertanya: “Siapa lelaki itu?”.
Suaminya menjawab: “Julaibib”
Istrinya: “Astaghfirullohal Adhim, Julaibib?. Kita telah tolak pinangan banyak lelaki yang terpandang. Masak anak kita kawin sama Julaibib?”.
Ketika suami istri itu berdiskusi dengan sengit tentang pesan Nabi yang akan mengawinkan putrinya, putri mereka keluar dari kamar dan menemui mereka sembari berkata: “Apakah ayah dan ibu sudah berani menolak perintah Rasululloh?. Sudahlah antarkan aku menghadap Rasululloh, supaya beliau mengawinkanku dengan Julaibib. Aku akan mematuhi perintahnya!”.
Sang ayah akhirnya mengantarkan putrinya menghadap Nabi untuk dilawinkan dengan Julaibib. Sesampainya di hadapan Nabi, Nabi memanggil Julaibib lalu mengakadnikahkan keduanya. Setelah selesai akad nikah, Nabi menengadahkan kedua telapak tangannya di dalam doa yang berbunyi:
اللهم صب عليهما الخير صبا، ولا تجعل عيشهما كدا كدا
“Ya Alloh curahkanlah kebaikan kepada keduanya dengan sesungguhnya. Jangan Engkau jadikan di dalam kehidupan keduanya kesulitan apapun!”.
Selang beberapa hari, Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk berangkat perang melawan kaum musyrikin. Julaibib tidak ketinggalan ikut berperang. Kemanapun Nabi pergi, Julaibib selalu mengikutinya.
Seusai perang, Nabi memerintahkan para sahabat untuk mencari siapa saja di antara tentara muslimin yang gugur syahid dalam perang. Sesudah selesai terindenfikasi siapa-siapa sahabat yang gugur syahid, Nabi berkata: “Aku kehilangan Julaibib, carilah dia!”.
Setelah para tentara muslimin mencarinya kesana kemari, akhirnya ditemukanlah janazah Julaibib yang telah gugur syahid di samping tujuh mayat tentara musyrikin yang telah dia bunuh terlebih dahulu, sebelum dirinya meninggal akibat beberapa anak panah yang menancap di punggungnya.
Nabi berdiri di atas jenazah Julaibib sembari bersabda: “Engkau telah membunuh mereka, Julaibib, lalu kau sendiri mati syahid setelah itu. Engkau adalah bagian dari aku dan aku adalah bagian darimu, wahai Julaibib!”.
Kemudian Nabi memerintahkan para sahabat untuk menggali liang lahat bagi jenazah Julaibib. Lalu Nabi sendiri ikut memasukkan jenazah ke dalam liang lahat. Setelah selesai pemakaman, Nabi berdoa:
اللهم ارض عنه فانني راض عنه
“Ya Alloh ridloilah Julaibib, karena aku sungguh meridloinya!”.
Tidak ada penghormatan yang tinggi melebihi penghormatan yang diterima oleh Julaibib dari orang yang menjadi kekasih Alloh, yaitu Nabi Muhammad SAW. Jarang ada jenazah yang diurus dan dimuliakan oleh Nabi seperti itu. Hal itu menunjukkan bahwa Julaibib adalah kekasih Alloh dan Rasul-Nya. Dia memiliki body yang tidak tampan, tetapi dia memiliki budi yang mulia. Dia tidak dimuliakan oleh kebanyakan orang di sekelilingnya, tetapi dia dimuliakan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sahabat Anas RA berkata: “Setelah selesai masa iddah, istri Julaibib dilamar seorang kaya raya dan akhirnya mengalami kehidupan yang penuh barokah karena ketaatannya kepada perintah Rasululloh SAW”.
Wallohu A’lamu Bisshowàbi.